Menginjak bulan Januari 2023, jumlah pengguna sosial media di Indonesia menunjukan angka 167 juta orang, dengan rangking teratas diduduki oleh facebook kemudian disusul oleh youtube, instagram, whatsapp, dan tiktok.
Bentang usia para penggunanya dimulai dari 12 sampai 60 tahun keatas, tidak jarang kita menemukan sosial media anak-anak usia dini baik yang dioperasikan oleh orang tuanya maupun dikelola secara independen.
Pentingnya memahami ragam aspek kunci dalam memutuskan untuk membuat akun sosial media anak, atau membolehkan anak untuk mendaftarkan akun sosial media pertamanya. Tujuannya sudah pasti untuk melindungi dan mendidik anak dalam berinteraksi secara online.
Beberapa hal yang perlu menjadi perhatian diantaranya adalah:
Kenali Sisi Positif dan Negatif Sosial Media
Sebagai orang tua dan orang dewasa yang mampu memilah baik dan buruknya sesuatu, Anda dihadapkan dengan jendela komunikasi dan informasi yang dapat memberi dampak positif maupun negatif bagi kehidupan anak Anda.
The American Academy of Child and Adolescent Psychiatry memetakan aspek positif dan juga risiko potensial dari media sosial, diantaranya adalah:
Manfaat potensial dari media sosial meliputi:
Tetap terhubung dengan teman-teman;
Bertemu teman baru dengan minat yang sama;
Menemukan komunitas dan dukungan untuk kegiatan tertentu;
Berbagi karya seni atau musik; dan
Mengeksplorasi dan mengungkapkan diri.
Selanjutnya, terdapat pula risiko potensial dari media sosial, yaitu:
Terpapar konten berbahaya atau tidak pantas (misalnya: seks, narkoba, dan kekerasan);
Terpapar dengan orang-orang berbahaya;
Penindasan daring (cyberbullying), faktor risiko depresi dan bunuh diri;
Berbagi informasi pribadi secara berlebihan;
Terpapar iklan yang berlebihan;
Kekhawatiran privasi, termasuk pengumpulan data tentang pengguna sosmed remaja;
Pencurian identitas atau menjadi korban peretasan; dan
Mengganggu tidur, olahraga, pekerjaan rumah, atau kegiatan lainnya.
Buat Peraturan yang Tegas
Orang tua wajib memberikan ketegasan bagi anak yang sudah mahir memainkan gawainya. Karena menurut penelitian neurosains, keterlibatan anak-anak dengan teknologi dan media sosial dapat berakibat negatif pada ukuran otak mereka (American Psychological Association).
Terlalu lama menggunakan sosial media sampai larut malam akan mempengaruhi kualitas tidur anak, jadwal tidur yang tidak konsisten berdampak pada perkembangan struktural otak di masa remaja. Sehigga mengakibatkan kinerja yang buruk di sekolah, kesulitan dalam memperhatikan, dan gejala stres yang mempengaruhi kesehatan mental.
Maka dari itu, peran orang tua akan dirasa sangat penting untuk mengawasi anak-anak dalam menggunakan sosial media dengan bertanggung jawab. Berikan batasan waktu kepada anak dalam mengakses internet agar tidak mengganggu kegiatan primernya, atau dengan membuat peraturan “waktu tanpa layar” di meja makan, saat belajar, dan menjelang tidur.
Tidak Membagikan Informasi Pribadi
Sudahkah Anda tau mengenai peraturan privasi di sosial media?
Kominfo menjelaskan bahwa, sebagian besar platform media sosial telah mengimplementasikan kebijakan privasi, meskipun rincian dan kelengkapannya bervariasi. Namun, perlu dicatat bahwa beberapa platform bekerja sama dengan pihak ketiga untuk berbagi informasi tentang data pribadi pengguna, tanpa mencantumkan secara jelas identitas pihak ketiga tersebut.
Dengan demikian, orang tua wajib mengaktifkan pengaturan privasi untuk membatasi akses ke dalam informasi pribadi, dan untuk tidak sembarangan memposting hal-hal sensitif terkait anak seperti tanggal lahir, nama lengkap, dan lokasi sekolah.
Bagi anak atau remaja yang membuat sosial media pertamanya perlu dihimbau untuk tidak membagikan alamat, nomor telepon, data kependudukan, kata sandi, akun rekening bank atau kartu kredit, dan menonaktifkan layanan lokasi apabila diperlukan.
Baca juga: Panduan Untuk Orang Tua Dalam Memilih Program Pendidikan Yang Tepat Untuk Anak
Memilih Muatan Konten
Berhati-hati dalam memposting segala sesuatu mengenai anak Anda, terutama bagi orang tua yang akan memutuskan atau bahkan sudah terlanjur membuat akun pribadi anaknya. Kita benar-benar tidak tahu predator macam apa yang berkeliaran dibalik layar, dan mengincar foto atau video anak-anak untuk tujuan yang tidak etis.
Pikirkan kembali dampaknya dimasa depan, bisa saja anak terkena cyberbullying ketika menginjak masa remaja akibat dari postingan terdahulu yang dapat dijadikan alat untuk menyerang mereka.
Sama halnya bagi remaja, orang tua tidak bisa lengah terhadap muatan konten yang mereka bagikan dan lihat setiap harinya. Paparan konten eksplisit yang dapat memberikan pengaruh negatif bagi anak dapat secara signifikan merusak perkembangan karakter anak.
Tanamkan Value Pada Anak
Richard Weissbourd, seorang psikolog dan co-direktur dari proyek Making Caring Common di Harvard, mengeksplorasi bahwa anak-anak melihat gambaran nyata untuk menjadi orang yang bermoral adalah melalui orang tua mereka. Sehingga, orang tua harus hidup dengan nilai dan moral yang positif.
Value yang ditularkan dapat membentuk perilaku, sikap, serta memengaruhi hubungan sosial anak baik di lingkungan nyata maupun dunia maya. Sehingga, anak yang telah ditanamkan value oleh orang tuanya sejak dini akan tumbuh dengan tingkat kematangan berpikir yang positif, terutama dalam berselancar di sosial media.
Kesimpulannya, orang tua wajib mempertimbangkan indikator-indikator di atas dalam pembuatan akun sosial media bagi anaknya. Hindari membagikan informasi pribadi, pilih konten yang sesuai, dan tanamkan nilai dan moral yang penting bagi mereka.
Apabila tujuannya adalah untuk menyimpan memori indah tumbuh kembang si kecil, lebih disarankan untuk menguploadnya di sistem penyimpanan data dan file (cloud storage) seperti google drive, icloud, dropbox dan masih banyak lagi. Tidak lupa untuk selalu mendampingi anak Anda yang sudah mulai mengenal sosial media, agar lebih bijak dalam berinteraksi dan terhindar dari sisi negatif dunia maya.
Temukan berbagai artikel parenting bermanfaat lainnya di Global Sevilla.
Baca juga: Rekomendasi Sekolah Internasional di Jakarta