Otoritas tubuh memiliki pengertian bahwa seseorang memiliki hak untuk memutuskan apa yang terjadi pada tubuh mereka tanpa adanya pengaruh atau dibawah paksaan pihak lain. Terutama anak-anak usia dini yang sebaiknya diperkenalkan dengan konsep otoritas tubuh dan otonomi tubuh sejak usia sekitar 3 atau 4 tahun.
Hal ini membantu anak-anak untuk lebih mengenal otonomi tubuhnya, menghormati batasan diri sendiri dan orang lain, melindungi diri dari penyalahgunaan atau serangan seksual, serta mengungkapkan kejadian yang melibatkan perilaku menyimpang yang mungkin terjadi pada mereka.
Seperti apa penjabarannya? Simak informasi menyenai pentingnya pengenalan otoritas tubuh pada anak berikut ini.
Anak Belajar Memahami Diri Sendiri
Memperkenalkan dan menggunakan nama anatomi untuk organ genital sangat penting bagi keperluan kesehatan, keamanan, dan harga diri anak-anak. Ini membantu mereka dalam memahami organ tubuh sendiri, dan diharapkan agar anak-anak dapat berkomunikasi dengan jelas tanpa kebingungan menjabarkan anatomi tubuhnya.
Pemahaman mengenai otoritas tubuh dimulai pada masa awal anak-anak, dan terus berkembang sepanjang tahun-tahun pembentukan mereka. Dimulai dari usia balita hingga tumbuh sebagai remaja yang belajar menghadapi dunia.
Sekitar usia 6 hingga 8 tahun, mereka dapat lebih memahami pentingnya otonomi tubuh, yaitu menyadari bahwa mereka memiliki hak untuk membuat keputusan tentang tubuh mereka sendiri, mulai belajar tentang persetujuan, dan batasan pribadi.
Diskusi yang berkelanjutan dan pendidikan mengenai otoritas tubuh sebaiknya terus dilakukan untuk memastikan pemahaman dan penghargaan yang sehat terhadap tubuh mereka sendiri.
Mengenal Batasan Orang Lain
Ketika anak-anak diajarkan tentang otoritas tubuh, mereka tidak hanya belajar mengenali dan menghormati diri mereka sendiri, namun juga memberikan batasan kepada orang lain. Agar anak mampu berkata “tidak” kepada bentuk kontak fisik yang tidak diinginkan.
Sepanjang tahun-tahun pembentukan karakter mereka, anak mulai dikenalkan dengan nilai dan norma sosial yang memberi pemahaman akan adab asusila terkait dengan seksualitas atau kesopanan.
Dengan demikian, anak dapat menghormati batasan pribadi orang lain serta menerapkan hubungan yang sehat, saling menghormati, dan konsensual. Agar anak terhidar dari perlakuan tak senonoh yang tidak diinginkan terhadap dirinya maupun kepada orang lain.
Pengetahuan ini juga memungkinkan mereka untuk menjalani hubungan dan interaksi dengan orang lain secara sehat dan saling menghormati.
Menghindari Kekerasan Seksual
Kekerasan seksual merupakan kontak seksual yang tidak dikehendaki oleh salah satu pihak (M. Irsyad dan M. Farid, 2010:518). Dimana inti dari kekerasan seksual tersebut mengacu pada ancaman (verbal) dan pemaksaan (tindakan).
Mengenalkan otoritas tubuh pada anak juga bertujuan untuk mencegah tindakan tidak etis orang lain terhadap mereka, atau kondisi terburuknya yakni melaporkan penyalahgunaan (kekerasan atau pelecehan seksual) yang telah terjadi pada anak.
Anak yang tahu bahwa mereka memiliki kendali (otoritas) atas tubuh mereka, akan cenderung lebih tidak menjadi korban penyalahgunaan seksual, serangan seksual, dan kekerasan dalam hubungan intim. Mereka juga lebih cenderung mengungkapkan kejadian penyalahgunaan yang mungkin terjadi pada mereka, untuk meminta pertolongan yang tepat pada pihak berwenang.
Baca juga: Rekomendasi Sekolah Internasional di Jakarta
Orang Tua Sebagai Pelindung Anak
Otoritas tubuh diperkenalkan kepada anak-anak agar orang tua dapat menjadi sosok sumber kepercayaan yang dapat diandalkan dalam kehidupan mereka. Pemahaman ini membantu menciptakan dasar kepercayaan antara anak-anak dan orang tua mereka, karena anak-anak merasa nyaman mencari bimbingan dan dukungan dari orang tua mengenai tubuh dan batasan pribadi mereka.
Dengan mengedepankan komunikasi terbuka dan jujur tentang otonomi tubuh, orang tua dapat membentuk lingkungan yang aman dan penuh kepercayaan dimana anak-anak merasa berdaya dan percaya diri dalam hubungan dengan tubuh mereka sendiri dan dengan orang tua mereka.
Hal ini juga menjadi bantalan bagi anak, apabila terjadi hal buruk yang tidak diinginkan maka anak dapat memberikan penejelasan secara terbuka kepada orang tuanya tanpa ragu dan takut.
Mengubah Stigma Masyarakat
Masyarakat seringkali memberikan stigma dan rasa malu terhadap bagian tubuh tertentu, terutama yang terkait dengan seksualitas atau reproduksi. Hal ini dapat menyebabkan ketidaknyamanan, rasa malu, dan sikap negatif bagi anak terhadap tubuh sendiri.
Namun, dengan mengajarkan kepada anak-anak tentang otoritas tubuh, kita dapat melawan persepsi negatif ini dan membantu mereka mengembangkan hubungan yang positif dan menghormati tubuh mereka.
Dengan mengajarkan kepada anak-anak tentang otoritas tubuh, kita dapat membantu mereka mengenali bahwa tubuh mereka adalah sesuatu yang alami, normal, dan bukan sesuatu yang memalukan. Anak-anak pun belajar bahwa tubuh mereka pantas dihormati dan harus diperlakukan dengan martabat.
Kesimpulan
Pengenalan otoritas tubuh pada anak sangatlah penting bagi anak dan orang tua, terutama untuk memahami pribadi si anak, menghormati batasan, mencegah kekerasan seksual, memperkuat hubungan dengan orang tua, dan mengubah stigma terhadap tubuh.
Anak juga belajar mengenali tubuhnya dengan menggunakan nama anatomi yang benar tanpa merasa bingung dan tabu. Pengetahuan ini melindungi mereka dari penyalahgunaan dan membantu mereka untuk berkomunikasi dengan orang tua dan lingkungan pendukung. Dengan harapan agar tindak penyalahgunaan seskual terhadap anak dapat ditekan dan dihindari.
Lindungi dan berikan pemahaman untuk anak Anda mengenai otoritas tubuh mereka, simak bahasan menarik lainnya seputar dunia anak dan pendidikan melalui buletin informasi kami.
Kunjungi juga tips untuk memilih pendidikan terbaik bagi anak Anda di sini
Baca juga: Apa itu Cambridge International School, Kelebihan Serta Rekomendasi.